KOTA TANGERANG – Terlepas dari pendapat dan asumsi yang berbeda dengan asosiasi, organisasi ataupun aliansi yang berada di suatu ranah aktivitas dan komunitas yang berprofesi Wartawan, akan menjadi tempat yang sangat penting bagi pengembangan kinerja para jurnalis atau pewarta.
“Totalitas di Komunitas untuk Kualitas, Kapasitas, Kapabilitas dan Kredibilitas yang menembus batas…!!! Terus belajar untuk menjadi benar.” Kata Achmad Sujana selaku Jurnalis di beberapa media online sekaligus Pemimpin Redaksi (Pemred) di Media Patroli Indonesia dan juga sebagai Redaktur Pelaksana (Redpel) mewakili di Media Bhayangkara, Minggu (1/8/2024).
Lebih lanjut, dirinya menegaskan bahwa di suatu tempat sebagai profesional jurnalis, kita dinilai oleh publik untuk menentukan nilai jual dari karya pemberitaan ataupun sebagai laporan jurnal redaksi yang bisa menguntungkan perusahaan atau hanya merugikan.
“Wartawan jangan hanya nulis rillis, bahkan hanya bisa mengcopy paste press release yang sudah jadi dan diberikan oleh humas dinas pemerintahan dan instansi lainnya. Karena wartawan harus bergaya jurnalis yang tetap harus cerdas menulis dan juga mempublis dengan materi yang oportunis, bila perlu kritis dengan pertanyaan seperti aktivis yang bisa mendapatkan apresiasi dan perhatian publik.” Papar Joe’na atau Bang Joe sapaan akrabnya di lapangan.
“Tehknis menggiring opini pun perlu, agar beritanya menguntungkan perusahaan dan rating penyiaran pemberitaan jadi hits on in karna wartawan yang berkompetensi bisa bertanggung jawab dengan kinerja teruji di lapangan dalam mencari berita yang laku.” Imbuhnya.
Baca juga:
Alex Wibisono: Demokrasi Kentut
|
“Intinya saya setuju dan mendukung topik opini dari Bung Hendri Kampai untuk kritis terhadap para wartawan yang mengaku di ranah Pers sebagai jurnalistik, namun tidak hobby baca ataupun menulis, tidak pernah mau belajar mengkoreksi lagi tulisannya, dan mengandalkan redaktur memperbaiki tulisannya. Insan pers yang sebagai awak media harusnya lebih profesional, karena di media itu seleksi dan persaingan ketat untuk peningkatan karirnya. Belajar terus, jangan pernah merasa pintar jika belum di uji dan seleksi, tingkatkan level selanjutnya jika sudah teruji dan diverifikasi Lembaga ataupun lainnya, karena percuma pegang sertifikasi jika sebenarnya tidak mengerti.” Ungkap Bang Joe’na.
“Lebih baiknya, wartawan bisa tingkatkan kemampuan dengan mengikuti komunitas profesional yang selalu memberikan arah pembelajaran dan pengembangan jurnalis untuk peningkatan karir dan kinerja rekan semua yang benar-benar ingin bekerja di ranah Pers sehingga bisa mencapai target kerja perusahaan sebelum dipecat karena tidak menguntungkan perusahaan. Jadilah profesional seperti Dokter dan Pengacara yang diuji kembali profesinya setelah lulus pendidikan formal akademisi kesarjanaan, dokter di uji oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar bisa diterima bekerja di Rumah Sakit atau Puskesmas, sedangkan Peradi menguji dan seleksi lagi Pengacara walau sudah berstatus Sarjana Hukum (SH) guna mendapatkan izin beracara.” Pungkasnya.
(*)